Dorong Mamasa Menjadi Kabupaten Toleransi Beragama, Eks Aktivis PB HMI Usulkan Materi Kajian


Mamasa – 23 September 2025. 
Upaya memperkuat kohesi sosial dan memperdalam semangat kebinekaan di Kabupaten Mamasa kembali mendapat sorotan. Seorang eks aktivis Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) mendorong perlunya kajian akademik dan sosial yang terfokus pada tema *toleransi beragama*, sebagai pijakan agar Mamasa dapat tumbuh menjadi “kabupaten toleransi” di Sulawesi Barat.

Dalam usulannya, tokoh muda tersebut menilai bahwa realitas sosial Mamasa yang plural, baik secara etnis maupun agama, menuntut adanya ruang dialog, pendidikan publik, serta riset kebijakan yang menguatkan budaya saling menghargai. “Mamasa memiliki modal sosial dan sejarah panjang hidup berdampingan. Tinggal bagaimana itu dikonstruksi menjadi narasi bersama dan kebijakan nyata,” ujarnya.

Menariknya, gagasan tersebut mendapat resonansi dari kalangan pemuda Kab Mamasa. Tercatat beberapa aktivis pemuda menyusun tulisan dengan tema *moderasi beragama, pembangunan pariwisata, serta potensi wisata berbasis religius di Mamasa*. Langkah ini dinilai strategis karena menempatkan generasi muda sebagai subjek utama dalam merumuskan wacana toleransi dan pembangunan daerah.

Menurut Hidayat Toempang keterlibatan anak muda menjadi kunci penting. Bukan hanya untuk memastikan keberlanjutan ide, tetapi juga memperkaya perspektif dengan menghubungkan isu toleransi ke sektor lain seperti pariwisata. “Jika toleransi beragama bisa dipadukan dengan pengembangan pariwisata religius, Mamasa akan memiliki daya tarik ganda: stabilitas sosial dan magnet wisata,” ungkap Aktivis Eks PB HMI ini pada Awal Media.23 September 2025

Dorongan ini sejalan dengan tren nasional, di mana sejumlah daerah mulai membangun identitas baru berbasis pluralisme. Jika Mamasa berhasil, maka bukan hanya menciptakan stabilitas sosial, melainkan juga memperkuat citra Sulawesi Barat sebagai provinsi yang ramah keberagaman. Lanjut nya 

Meski demikian, wacana ini tidak lepas dari tantangan. Masih ada potensi politik identitas, gesekan antar kelompok, dan lemahnya literasi toleransi di kalangan generasi muda. Karena itu, usulan kajian ini dinilai penting untuk memberikan *landasan ilmiah sekaligus praktis* dalam mengelola keragaman.

“Ini bukan sekadar ide normatif, tapi investasi sosial. Kabupaten yang mampu menjaga toleransi akan lebih stabil, menarik investasi, dan membangun peradaban yang sehat,” tegasnya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama