Taman Budaya dan Museum Sulawesi Barat
(TBM Sulbar) mendapati banyak sorotan dari kaum intelek mahasiswa yang bergelut dalam dunia kesenian terkait pengelolaan Taman budaya dan museum yang tidak pernah sesuai dengan jalur yang seharusnya.
Hal ini menjadi pertanyaan dan perbincangan setiap mahasiswa dan pemuda terkait bagaimana proses dan polarisasi yang dipahami oleh pihak pengelola menjabarkan tentang kepahaman nya terkait Taman Budaya.
Secara garis besar kita dapat memahami bahwa Taman Budaya merupakan Taman budaya adalah pusat kegiatan kesenian yang berfungsi sebagai wadah untuk pelestarian, pengembangan, pembinaan, dan apresiasi berbagai bentuk ekspresi seni, baik tradisional maupun modern.
Tempat ini seringkali dilengkapi fasilitas seperti panggung terbuka, gedung pameran, dan tempat latihan yang digunakan untuk pertunjukan, festival, pameran, konser, dan kegiatan seni lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk pemajuan kesenian di Daerah, baik dalam pendekatan tradisi, kontemporer maupun modern.
Sebagai seorang pemuda bahkan pemula dalam dunia kesenian, jika dibandingkan dengan seluruh sesepuh seniman yang ada di Sulawesi Barat saya merasa cukup terdorong untuk mengkaji dan mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan kesenian yang dilaksanakan di TBM Sulbar.
Hasil diskusi dan guyonan yang kami lakukan di ruang-ruang intelektual tertuju pada definisi Taman Budaya dan Museum Sulawesi Barat serta kejadian-kejadian yang terjadi di dalamnya.
Secara gamblang dan kasat mata kita bisa memperhatikan sesuatu yang dianggap sebagai Taman Budaya di Sulawesi Barat adalah merupakan suatu dataran yang cukup tinggi tempat bertenggernya beberapa Gedung pertemuan beberapa orang dalam melaksanakan suatu kegiatan Bersama.
Kami berdiskusi secara santai sembari mempertanyakan seperti apa sebenarnya Taman Budaya yang dimaksud secara umum yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas kesenian serta tempat berkumpulnya para seniman untuk melakukan Latihan-latihan serta diskusi mengenai kesenian Sulbar.
Hal ini malah berubah menjadi perdebatan kecil diantara beberapa pemuda yang ikut nimbrung dalam lingkaran ini. sebenarnya apakah definisi umum tentang TBM Sulbar yang memang keliru atau pengelola yang memang salah kaprah mengartikan definisi dari Taman Budaya itu sendiri?
Selain tidak memadainya fasilitas yang wajib ada di TBM Sulbar, kegiatan kesenian dan kreatifitas juga tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Sebut saja beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam kurun waktu terakhir.
Dimana semua kegiatan TBM yang apapun bentuk, kegiatan, serta keterlibatan orang-orang yang hanya itu saja tidak pernah mengalami pembaharuan selain judulnya saja. Kegiatan yang dilaksanakan baik dalam bentuk festival atau semacamnya hanya berbeda judul namun isinya hanya itu-itu saja.
Hal ini disampaikan pada saat diskusi kecil kami lakukan Dimana hampir semua festival dan kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak pengelola TBM hanya berkutat pada pembukaan formal dengan segala macam sambutannya, kegiatan inti ialah pertunjukan dan sarasehan tidak melahirkan sesuatu selain pemaparan materi dan sesi tanya jawab saja serta kegiatan penutup yang tidak kalah khidmatnya.
Hari ini kita melihat bagaimana TBM menutup diri bahkan tidak tampil sebagai solusi dalam mangkraknya proses kesenian pemuda yang seharusnya mendapatkan hak untuk mendapatkan sarana kesenian di TBM seperti fasilitas Gedung teater, ruang pameran, ruang proses Latihan, lighting standar serta sound system pertunjukan yang semuanya harus memadai bukan hanya sekedar ada.
Beberapa waktu lalu, kami masih sangat ingat dimana pihak TBM melakukan tandatangan kontrak kepada seluruh perwakilan kelompok Teater dihadiri oleh seluruh perwakilan Kabupaten di Sulawesi Barat. Adakah pihak TBM mengingat perjanjian tersebut atau hanya menjadi janji manis disetiap kegiatan yang dilaksanakan?
Berkaitan dengan Taman Budaya serta kegiatan yang terjadi didalamnya, terdapat beberapa pertanyaan serius yang terlontar beberapa waktu belakangan ini. terkait dua kegiatan yang dilaksanakan oleh TBM, apa yang sebenarnya ingin disampaikan?
Benarkah kegiatan tersebut berdasarkan kurasi yang jelas atau tidak ada pengkajian mendalam terkait dua kegiatan ini? jika ini hanya sekedar kegiatan biasa yang tidak terlahir dalam mendiskusikan hal kreatif atau semacamnya. Sekiranya pihak TBM bisa menjelaskan lebih rinci terkait dengan dua kegiatan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengkajian yang dilakukan pihak pengelola dalam melaksanakan kegiatan TBM.
Jika hal ini kemudian tidak mampu dijelaskan serta dipertanggungjawabkan secara intelektual, berarti benar dugaan kajian dan diskusi Suara Seniman Muda Mandar dalam mempertanyakan keseriusan pihak TBM Sulbar dalam mengelola instansinya.
Sebut saja kegiatan festival Sakka Manarang yang dilaksanakan oleh pihak TBM. Dimana menurut hemat kami, Narasi Sakka Manarang berasal dari istilah lampau di Tanah Mandar yang didalamnya terhimpun berbagai macam keahlian untuk menjadi pilar pembangun ekonomi Kerajaan yang tidak masuk didalamnya sebagai kegiatan kesenian.
Pembagian klasifikasi Sakka Manarang merupakan kegiatan sehari-hari yang tidak pernah menjadi alternatif pertunjukan hingga saat ini, namun pakem ini coba diterobos oleh TBM untuk memaksakan pertunjukan kesenian dengan menggunakan narasi Sakka Manarang.
Salah satu tugas pokok dan fungsi utama Taman Budaya dalam Sejarah terbentuknya TB di Indonesia, agar seniman punya ruang berekspresi kesenian yang difasilitasi pemerintah. Hal ini menjadi landasan bahwa Taman Budaya wajib untuk dilengkapi dengan infrastuktur kesenian yang dinilai berdasarkan klasifikasi kelasnya.
Jadi taman budaya tidak dapat lepas dari segala macam urusan kesenian baik secara langsung maupun tidak langsung dimulai dari infrastuktur, kegiatan dan ide kesenian serta pertunjukan kesenian lainnya. Pertanyaan terbesar yang masih terbesit hingga kini, apakah Sakka Manarang merupakan kategori kesenian hingga TBM Sulbar mengurusinya?