iklan

IKLAN.

Pallawa Media

Layanan Pallawa Media.

Papan Iklan

Redaksi menarainfo.id

Pasang Iklan

Redaksi menarainfo.id.

Pasang Iklan Disini

Redaksi menarainfo.id.

KOHATI Sulawesi Barat Serukan Keamanan Perempuan di Kota Pendidikan di Momen HUT Majene ke-480


Majene, 15 Agustus 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kabupaten Majene yang ke-480, Korps HMI-Wati (KOHATI) Badko Sulawesi Barat menyampaikan harapan besar terhadap kemajuan daerah yang dikenal sebagai Kota Pendidikan, khususnya dalam hal perlindungan perempuan dan keamanan ruang publik.

Sebagai daerah yang memiliki identitas kuat dalam dunia pendidikan, Majene seharusnya menjadi tempat yang aman, nyaman, dan inklusif, terutama bagi perempuan dan generasi muda. Namun, KOHATI Sulbar menyoroti masih adanya kasus-kasus pelecehan seksual, baik di ruang publik maupun dalam lingkungan pendidikan, yang belum mendapat penanganan serius dan berperspektif korban.

“Kami mengingatkan bahwa kemajuan suatu daerah tidak hanya diukur dari infrastruktur atau angka-angka statistik, tetapi juga dari bagaimana daerah itu melindungi warganya, terutama kelompok rentan seperti perempuan dan anak,” tegas Ketua KOHATI Badko Sulbar, [Hijrana].

KOHATI mendorong agar pemerintah daerah Majene, institusi pendidikan, serta aparat penegak hukum meningkatkan komitmen dan tindakan konkret dalam menjamin keamanan perempuan. Edukasi, kampanye anti-kekerasan, serta sistem pelaporan yang aman dan berpihak pada korban harus menjadi prioritas.

 “Sebagai Kota Pendidikan, Majene memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi contoh. Ini saatnya semua pihak bersinergi menciptakan ruang yang bebas dari kekerasan dan pelecehan seksual,” tambahnya.

KOHATI Sulbar juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak lagi memaklumi kekerasan terhadap perempuan, dan mulai membangun budaya yang responsif gender, adil, dan peduli terhadap hak-hak asasi manusia.

Sebagai penutup, KOHATI mengucapkan Selamat Ulang Tahun ke-480 untuk Kabupaten Majene, sembari mengingatkan bahwa masa depan yang cerah hanya bisa dicapai jika semua warganya merasa aman dan dihargai martabatnya.

Editor: iwe

HMI Cabang Mamasa Apresiasi Kunjungan Bupati ke Kader HMI di RS Banua Mamase


Mamasa — Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Mamasa menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Bupati Mamasa yang telah menyempatkan waktu untuk menjenguk salah satu kader HMI yang sedang menjalani perawatan di RS Banua Mamase. Kader tersebut diketahui merupakan peserta *Intermediate Training* HMI yang saat ini sedang berlangsung di Mamasa.

Ketua Umum HMI Cabang Mamasa mengatakan bahwa kunjungan Bupati bukan hanya bentuk kepedulian terhadap kesehatan kader, tetapi juga mencerminkan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung proses pembinaan generasi muda.

“Kami sangat menghargai perhatian Bupati Mamasa. Kehadiran beliau memberikan dukungan moral yang besar bagi kader kami yang sedang sakit, dan ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah peduli terhadap proses kaderisasi pemuda di Mamasa,” ujar Ketua Umum HMI Cabang Mamasa.

Bupati Mamasa dalam kesempatan itu menyampaikan doa dan harapan agar kader HMI yang sedang dirawat segera pulih dan dapat kembali mengikuti kegiatan serta mengabdi untuk daerah.

Bagi HMI, perhatian seperti ini menjadi motivasi sekaligus bukti bahwa hubungan antara pemerintah daerah dan organisasi kepemudaan harus terus terjalin erat demi melahirkan generasi berdaya saing dan berkarakter.

Aliansi Mahasiswa UNSULBAR: PKKMB Jadi Panggung Tuntutan Perubahan


Majene - Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2025 di Universitas Sulawesi Barat (UNSULBAR) dimanfaatkan Aliansi Mahasiswa UNSULBAR sebagai momentum untuk bersuara lantang.

Mengusung semangat “Bersatu Menuntut Perubahan, Demi Majene & Pendidikan yang Berkeadilan”, mereka mendesak perbaikan infrastruktur, transparansi, dan pemerataan fasilitas pendidikan.

Aliansi yang terdiri dari, BEM FAPERTAHUT, BEM FKIP, BEM FEKON, BEM FAPETKAN, BEM FMIPA, dan BEM KMFT UNSULBAR ini mengkritisi tiga persoalan krusial di daerah: pelanggaran tata ruang (RT/RW No. 12 Pasal 4 Tahun 2012), lemahnya pengawasan AMDAL pada proyek strategis, dan tata letak pembangunan yang menimbulkan kesenjangan fasilitas publik.

Di tingkat kampus, enam poin tuntutan digulirkan: pemerataan fasilitas antar fakultas, audit dan perbaikan sarana, transparansi kebijakan perpustakaan, perbaikan akses jalan ke kampus, evaluasi regulasi UKT, dan keterbukaan laporan keuangan.

Kemudian di tingkat provinsi, meminta Gubernur sulawesi barat untuk melakukan evaluasi rutin dan membuka secara transparan alokasi anggaran yang diberikan pemerintah provinsi kepada universitas sulawesi barat. Sebagai bentuk tidankan pengontrolan alokasi anggaran yang digelontorkan agar tidak terjadi praktek penyalahgunaan hingga manipulasi dalam pengelolaannya.

“PKKMB bukan hanya seremoni. Ini saatnya mahasiswa baru paham realitas kampus dan daerah, lalu bersatu mendorong perubahan, sebagaimana motto PKKMB UNSULBAR 2025 yakni; Kampus Berdampak Menuju Indonesia Emas 2045” tegas Ikmal Rizaldi, Jendral Lapangan Aliansi Mahasiswa UNSULBAR.

Mereka berharap tuntutan ini memicu dialog terbuka antara mahasiswa, pihak kampus, dan pemerintah daerah demi Majene yang tertata dan UNSULBAR yang berkeadilan.

HMI Cabang Polewali Mandar Menggugat: Tuntut Bupati Copot Kasatpol yang Dinilai Gagal Jaga Ketertiban dan Keamanan


Dalam aksi demonstrasi yang digelar Senin, 11 Agustus, HMI Cabang Polewali Mandar menyuarakan aspirasi masyarakat terkait isu pemilihan Sekda dan evaluasi kinerja Bupati pasca pelantikan yang tidak terealisasi. Namun, alih-alih disambut dengan bijak, HMI justru disambut dengan tindakan premanisme oleh Satpol PP yang berseragam, sehingga beberapa kader HMI mengalami lebam di badan.

"Maka dari itu, HMI menuntut Bupati Polewali Mandar untuk segera mencopot Kasatpol yang dinilai gagal menjalankan tugasnya dalam menjaga ketertiban dan keamanan di daerah tersebut. Aksi yang digelar secara resmi ini menunjukkan bahwa Kasatpol tidak mampu membedakan antara aksi damai dan tindakan provokatif.

"Dengan nada yang tegas dan penuh semangat, para aktivis HMI menyampaikan aspirasi masyarakat yang merasa kecewa dengan kinerja Kasatpol yang dinilai tidak profesional dan tidak mampu menjaga keamanan dan ketertiban di Polewali Mandar.

"HMI juga telah melakukan visum terkait dengan tindak kekerasan fisik yang dilakukan aparat Satpol-PP Polewali Mandar dan akan membawa kasus ini ke pihak yang berwajib untuk diselidiki dengan meminta orang yang melakukan tindakan kekerasan fisik tersebut serta penghinaan kepada HMI harus ditindaklanjuti. 'Kami tidak akan diam dan akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas,' kata Kabid PTKP HMI Cabang Polman.

"Bupati Polewali Mandar diharapkan dapat mempertimbangkan tuntutan ini dan mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Jika tidak, HMI siap membawa kasus ini ke tingkat yang lebih tinggi dan akan terus mengawal kasus ini untuk memastikan keadilan dan keamanan bagi masyarakat Polewali Mandar."

Dugaan Korupsi Kadis Pendidikan, HMI Mamasa Ledak Marah: Tim Job Fit Jangan Jadi Tameng Busuk Para Koruptor!


Mamasa , Senin 11 Agustus 2025 – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Mamasa menyalakan alarm peringatan keras kepada Tim Seleksi Job Fit dan Bupati Mamasa. Mereka menegaskan, rakyat tidak akan diam jika kursi jabatan dijadikan tempat berlindung bagi pejabat yang terseret bau busuk korupsi.

Sorotan tajam HMI Mamasa mengarah pada Kepala Dinas Pendidikan Mamasa yang namanya santer disebut dalam dugaan korupsi pengadaan buku fiktif Dana BOS Tahun Anggaran 2024. Skandal ini bukan rumor pinggir jalan, melainkan noda besar yang meruntuhkan martabat birokrasi daerah.

“Kalau Tim Job Fit tetap memuluskan jalan bagi pejabat yang terindikasi korup, itu artinya mereka ikut menjadi bagian dari kejahatan. Jangan pernah mengira rakyat tidak mengerti permainan kotor ini. Kami akan membongkar semuanya,” tegas Arifin  Ketua HMI Mamasa dengan nada mengecam.

HMI Mamasa menegaskan, jabatan publik bukan rumah aman bagi maling anggaran. Jika seleksi jabatan malah dijadikan proyek penyelamatan wajah para pelaku, maka itu adalah penghinaan telanjang terhadap masyarakat Mamasa.

“Kami ingatkan, jangan coba-coba bermain api.  Jika koruptor dibiarkan bertahan, Mamasa akan terbakar oleh kemarahan . Dan percayalah, kami akan berdiri di barisan depan untuk melawan bersama adik dari luar daerah yang datang mengikuti kegiatan tingkat nasional  tutupnya.11/08/25

HMI Cabang Polman Desak Bupati Selektif dan Transparan dalam Pemilihan Sekda


Polman, Rabu (7/8/2025) – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Polewali Mandar mendesak Bupati H. Samsul Mahmud untuk bersikap selektif dan berhati-hati dalam menentukan calon Sekretaris Daerah (Sekda). Desakan ini muncul setelah mencuatnya nama salah satu kandidat yang dinilai memiliki rekam jejak yang bermasalah.

“Pemilihan Sekda bukan sekadar proses administratif, tetapi merupakan keputusan strategis yang akan menentukan arah birokrasi dan efektivitas pemerintahan daerah ke depan,” tegas Yusril, Kabid PTKP HMI Cabang Polman, dalam keterangan resminya.

HMI menilai, pengisian jabatan Sekda harus didasarkan pada integritas, rekam jejak, dan kapabilitas kandidat bukan atas dasar kompromi politik atau kedekatan personal.

“Kita tidak ingin Polewali Mandar tersandera oleh pejabat yang cacat integritas. Bupati harus berani menolak kandidat yang memiliki rekam jejak buruk, demi menjaga marwah dan kredibilitas pemerintahan,” tegas Yusril.

HMI juga menekankan pentingnya prinsip meritokrasi dan profesionalisme dalam pengambilan keputusan. Menurut mereka, jabatan Sekda adalah kunci dalam menjalankan fungsi administrasi pemerintahan secara efektif dan akuntabel.

“Jangan ada kompromi dalam hal ini. Pemilihan Sekda harus bebas dari kepentingan pragmatis. Kabupaten ini membutuhkan birokrat yang visioner dan bersih,” tambahnya.

HMI Cabang Polman berharap Bupati dapat mendengar suara publik dan memilih figur yang benar-benar layak secara moral, profesional, dan administratif untuk menduduki posisi strategis tersebut.

Soroti Tambang PT. Cadas Industri Azelia Mekar, Titik Merah Siap Gelar Aksi dan Buka Data Secara Terang-Terangan


Majene, organisasi Gerakan yang bergerak dalam kajian sosial dan politik, Titik Merah sayangkan pernyataan pribadi Direktur PT. Cadas Industri Azelia Mekar yang melakukan manipulasi data dan terkesan tidak professional dalam menyampaikan informasi umum terkait perusahaan tambang yang kerap menjadi sorotan itu.

pada dasarnya, tambang batu quarry atau pertambangan terbuka, meliputi kerusakan lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh tambang terbuka yang dilakukan oleh PT. Cadas Industri Azelia Mekar meliputi erosi tanah, peubahan bentang alam, pencemaran air dan udara, serta hilangnya keanekaragaman hayati.

Secara sosial efek buruk yang akan dihasilkan oleh aktivitas pertambangan yang berada di Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene ini dapat menyebabkan konflik sosial dan perpindahan penduduk. Sedangkan dampak ekonomi yang ditimbulkan mencakup perubahan mata pencaharian dan potensi kerugian ekonomi jangka Panjang akibat kerusakan lingkungan yang tidak sebanding dengan ganti rugi yang disediakan oleh pihak Perusahaan.

Rahman, selaku aktivis Titik Merah di Kabupaten Majene mengajak seluruh elemen Masyarakat untuk memikirkan serta mengkaji lebih dalam lagi terkait dampak buruk yang akan terjadi dalam beberapa tahun kedepan ini akibat aktivitas tambang yang tidak sehat. 

“memang benar selalu ada iming-iming serta janji kesejahteraan yang selalu dilayangkan oleh pihak penambang terhadap masyarakat setempat, namun hal itu hanya bersifat Impian sementara. Pengrusakan permanen yang diakibatkan oleh aktivitas tambang tidak pernah sesuai dengan iming-iming yang dijanjikan oleh pihak tambang,” jelas Rahman.

Dalam beberapa waktu terakhir, PT. Cadas Industri Azelia Mekar yang melakukan aktivitas penambangan di Kecamatan Pamboang itu memang kerap menjadi perhatian setiap aktivis yang ada di Kabupaten Majene.

Dalam beberapa minggu terakhir, Direktur PT. Cadas Industri Azelia Mekar melakukan pembohongan publik dengan menyebarkan kesalahan informasi mengenai data umum Perusahaan saat ditemui oleh awak media. 
Pada saat digelar Rapat Dengar Pendapat yang dilaksanakan oleh pihak DPRD Kab. Majene untuk menjelaskan tentang masalah yang terjadi melibatkan Perusahaan dan aktivis lingkungan setempat, pihak Perusahaan mengirimkan delegasi yang tidak berkaitan dengan Perusahaan.
Dalam pertemuan itu, Ruslan selaku perwakilan PT. Cadas Industri Azelia Mekar melontarkan kalimat yang sangat mengundang kecaman Dimana Dia menyatakan bahwa salah satu organisasi besar di Indonesia merupakan organisasi yang illegal. 

Setelah dikonfirmasi oleh awak media, Aldi selaku Direktur PT. Cadas Industri Azelia Mekar menyatakan bahwa saudara Ruslan bukan lagi merupakan bagian dari Manajemen Perusahaan namun kami dari pihak Perusahaan memberikan kesempatan baginya untuk mengeluarkan pendapat mewakili PT Cadas.

Selain itu, hal yang menjadi lebih krusial adalah Ketika Direktur PT. Cadas Industri Azelia Mekar menyampaikan bahwa Perusahaan mereka belum melakukan kegiatan produksi melainkan masih dalam tahap eksplorasi. Hal ini justru menimbukan pertanyaan mendalam, seolah-olah pihak tambang menyembunyikan niat buruknya.

Karna dalam beberapa data yang telah berlaku, PT. Cadas Industri Azelia Mekar yang melakukan aktivitas penambangan terbuka di Kecamatan Pamboang tercatat sebagai Perusahaan aktif yang sudah memasuki tahapan produksi. Terhitung sejak bulan Februari 2025.

“Perusahaan ini sudah dalam status produksi sejak awal tahun 2025 yang merupakan update terbaru data tambang Sulawesi Barat. Selain itu, Perusahaan ini juga merupakan bagian dari Asosiasi Penguasaha Pertambangan Provinsi Sulawesi Barat. Sangat tidak etis dan memunculkan narasi yang sangat absurd apalagi dilontarkan oleh pihak pimpinan Perusahaan.” Ungkap Fauzan selaku aktivis Majene.

“Untuk itu Titik Merah melakukan pengkajian lebih dalam dan akan melaksanakan gelaran aksi Evaluasi Tambang Majene Jilid II dalam waktu secepatnya. Pihak tambang telah melakukan Tindakan yang menyulut kontra ditubuh Masyarakat dan kalangan aktivis Majene. Hal ini tidak bisa dibiarkan dan kami siap menyodorkan semua data dan kajian kepada seluruh pihak dan menantang pihak Perusahaan untuk membuktikan kesalahan yang dilakukan oleh pihak Perusahaan.” Tutupnya.

"Daerah Terpencil dan Janji Inklusi Digital: Harapan atau Ilusi?"

Opini Hijranah Kader HMI Sulbar
Di tengah gegap gempita transformasi digital yang digadang-gadang mampu menjangkau seluruh penjuru negeri, daerah-daerah terpencil masih sering berada di luar radar kemajuan. Akses internet lambat, infrastruktur digital minim, dan kurangnya literasi teknologi menjadi potret sehari-hari yang kontras dengan slogan inklusi digital yang digaungkan pemerintah. Pertanyaannya, apakah inklusi digital benar-benar menyasar semua, atau hanya menjadi janji yang indah di atas kertas? Bagi banyak warga di pelosok negeri, digitalisasi masih terasa sebagai harapan yang jauh, bahkan mungkin ilusi.

Di Sulawesi Barat, misalnya, capaian Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) berada di posisi cukup, yaitu 41,65, di bawah rata-rata nasional yang mencapai 43,34 pada tahun 2024 . Lebih jauh lagi, jajaran indikator seperti pemberdayaan digital dan penciptaan pekerjaan digital masih memprihatinkan, dengan nilai masing-masing hanya sekitar 25 dan 38 .

Sementara itu, program-program seperti Marasa (Mandiri, Cerdas, Sehat) telah berhasil menjangkau 32 desa terpencil dengan akses internet gratis melalui layanan kantor desa . Bahkan pada November 2024, Pemprov Sulawesi Barat menyalurkan solusi satelit Starlink ke Kabupaten Mamasa—wilayah yang benar-benar tidak terjangkau oleh jaringan seluler biasa maupun VSAT—sebagai bentuk nyata upaya menjembatani blank spot digital.

Keseimbangan realita ini membangkitkan pertanyaan krusial: apakah inklusi digital di pelosok negeri ini merupakan harapan yang diperjuangkan secara konkret, atau sekadar ilusi politik usaha?

Salah satu akar persoalan utama keterlambatan digitalisasi di daerah terpencil adalah ketimpangan infrastruktur dan investasi yang timpang antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Pembangunan jaringan internet dan fasilitas pendukungnya masih sangat berpusat di kota-kota besar, sementara daerah seperti Mamasa, Pasangkayu, dan sebagian wilayah Mamuju di Sulawesi Barat baru menikmati sinyal internet secara terbatas—itu pun sering kali bergantung pada proyek bantuan, bukan sistem yang berkelanjutan. Ketika kebijakan digital nasional tidak memperhitungkan kondisi geografis, tingkat literasi digital lokal, serta kesiapan sumber daya manusia, maka program-program tersebut mudah gagal mencapai tujuan inklusifnya.

Selain itu, literasi digital juga menjadi tantangan besar. Di banyak desa terpencil, perangkat sudah tersedia, sinyal sudah masuk, tapi pemanfaatannya belum optimal. Banyak masyarakat belum memahami bagaimana memanfaatkan teknologi untuk kegiatan ekonomi, pendidikan, atau layanan publik. Ini mempertegas bahwa digitalisasi tidak hanya soal jaringan, tapi juga soal pemberdayaan manusia. Tanpa pelatihan, pendampingan, dan pendekatan yang sesuai konteks lokal, inklusi digital hanya akan jadi istilah kosong.

Untuk mewujudkan inklusi digital yang benar-benar merata, pemerintah pusat dan daerah perlu mengubah pendekatan dari sekadar pembangunan infrastruktur fisik menjadi pembangunan ekosistem digital yang berkelanjutan. Pertama, penguatan kolaborasi lintas sektor sangat penting. Pemerintah daerah harus didukung oleh kementerian terkait, penyedia layanan internet, dan juga organisasi masyarakat sipil untuk memastikan akses internet tidak hanya dibangun, tapi juga dijaga kualitas dan kontinuitasnya. Pemanfaatan teknologi alternatif seperti satelit Starlink di Mamasa bisa dijadikan model awal, tapi tidak boleh berhenti di sana.

Kedua, program literasi digital harus diarusutamakan, khususnya di sekolah, pusat komunitas, dan kantor desa. Pelatihan harus disesuaikan dengan konteks lokal—bukan hanya tentang cara menggunakan perangkat, tapi juga bagaimana teknologi bisa dimanfaatkan untuk pertanian, UMKM, pendidikan jarak jauh, dan pelayanan publik. Ketiga, penganggaran berbasis kesenjangan digital harus diadopsi dalam perencanaan pembangunan daerah. Artinya, alokasi anggaran digitalisasi harus lebih besar untuk daerah-daerah dengan skor indeks digital yang rendah.

Terakhir, penting bagi pemerintah untuk secara rutin melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan evaluasi program digitalisasi. Tanpa partisipasi dari mereka yang mengalami langsung kesenjangan digital, kebijakan akan tetap bersifat top-down dan berisiko gagal memenuhi kebutuhan riil di lapangan.

Digitalisasi bukan sekadar tren teknologi yang datang dan pergi, melainkan fondasi masa depan pembangunan bangsa. Namun, fondasi itu hanya akan kokoh jika semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada di daerah terpencil, turut merasakan manfaatnya. Jika tidak, janji inklusi digital akan menjadi ilusi yang memperlebar jurang kesenjangan sosial dan ekonomi. Saatnya pemerintah, swasta, dan masyarakat bersama-sama menggerakkan langkah konkret agar tidak ada satu daerah pun yang tertinggal. Karena sejatinya, kemajuan digital harus menjadi jembatan, bukan tembok pemisah.

Almamater Desak Timsel Job Fit Mamasa Untuk Diskualifikasi Kadis Pendidikan Terkait Dugaan Korupsi Pengadaan Buku Dana Bos TA 2024


Jakarta Rabu, 6 Agustus 2025 — Proses seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama di Kabupaten Mamasa kembali menuai kritik tajam. Kali ini, desakan keras datang dari sejumlah tokoh almamater (Aliansi Mamasa Mamase Terdidik) dan aktivis muda yang meminta Tim Seleksi (Timsel) *segera mendiskualifikasi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Mamasa* dari tahapan job fit.
Adapun yang bergabung Dalam ALMAMATER Adalah : 
HMI Cab Mamasa. Gerakan Poros Pemuda Sulbar (GPPS) Gepermasi (Gerakan Pemuda Reformasi) Kesatuan Mahasiswa Indonesia Timur (KESTIM) Lembaga Pemuda Pemerhati Pendidikan (LP3) 

Desakan ini muncul setelah mencuatnya dugaan keterlibatan Kadis Pendidikan dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi pengadaan buku fiktif tahun anggaran 2024 yang bersumber dari Dana Bantuan Operasional Sekolah (Dana BOS). Kelompok almamater menilai, keterlibatan tersebut merupakan alasan kuat untuk tidak melibatkan yang bersangkutan dalam proses seleksi jabatan strategis.

“Kadis Pendidikan sudah disebut-sebut dalam dugaan kasus korupsi Dana BOS 2024. Ini bukan persoalan sepele. Dia tidak layak dipertahankan, apalagi diberi ruang di jabatan publik,” tegas Muldi salah satu perwakilan almamater dalam pernyataan yang diterima media, rabu (6/8).

Pihaknya menegaskan, proses job fit harus menjadi instrumen untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan, bukan sebagai ruang untuk mempertahankan pejabat yang bermasalah secara hukum dan moral.

“Jika Timsel tetap memberi jalan bagi sosok yang sedang terseret isu korupsi, maka proses seleksi ini cacat secara etika dan prinsip meritokrasi,” lanjutnya.

Soroti Bupati Mamasa

Selain menyoroti kinerja Timsel, kelompok ini juga menyampaikan peringatan tegas kepada Bupati Mamasa agar tidak melakukan intervensi atau melindungi pejabat yang diduga tersangkut korupsi. 

“Bupati harus menunjukkan komitmen pada pemerintahan yang bersih. Jika masih mencoba mempertahankan pejabat yang bermasalah, maka ia juga turut bertanggung jawab atas krisis kepercayaan publik.”

Ancam Aksi dan Laporan ke Pusat

Jika desakan tersebut diabaikan, maka pihak almamater menegaskan akan mengorganisasi aksi demonstrasi dan melaporkan dugaan pelanggaran dalam proses job fit ke tingkat nasional, termasuk ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), Ombudsman RI, dan Kementerian PAN-RB.

 “Kami siap turun ke jalan jika Timsel dan Pemkab Mamasa menutup mata. Kami akan lawan segala bentuk penyalahgunaan jabatan dan penyelundupan kekuasaan di balik seleksi jabatan ini.”

Hingga berita ini diturunkan, Timsel JPT Mamasa dan Kepala Dinas Pendidikan yang dimaksud belum memberikan tanggapan resmi atas desakan tersebut.

Caping Day dan Pelepasan Mahasiswa Praktek Klinik Kebidanan Stikmar

Majene, jumat 1 Agustus 2025, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Marendeng (Stikmar) Majene yang dinaungi oleh Yayasan Marendeng melakukan kegiatan Caping Day atau pemasangan topi atau cup Bidan sebagai kegiatan rutin yang telah laksanakan sejak kampus ini berdiri. 

Caping day yang dirangkaikan sekaligus dengan pelepasan mahasiswa kebidanan Stikmar Majene ini dilaksanakan di Aula Stikmar Majene pada tanggal 1 Agustus 2025 dengan mengangkat tema “Praktek Klinik Keterampilan Dasar Kebidanan.”
Pelepasan mahasiswa Kebidanan ini berjalan dengan lancer dengan dihadiri dan dibuka langsung oleh Ketua Stikmar, Bu Raehan S.ST,.M.Keb dan didampingi oleh wakil ketua bid administrasi & keuangan, wakil ketua bid kemahasiswaan, serta ketua prodi Kebidanan.

Dalam sambutannya, Ketua Stikmar menyampaikan kepada seluruh mahasiswa yang akan berangkat praktek ke RSUD HJ. Andi Depu Kabupaten Polewali Mandar agar tetap menjaga etika sebagai tenaga Kesehatan, pelayanan terhadap pasien secara terarah, tetap menjaga nama baik almamater kampus dan tetap menjaga kekompakan.

Kegiatan praktek yang dilaksanakan oleh mahasiswa mahasiswa kebidanan Angkatan 2024 ini merupakan praktek perdana yang mereka jalani. Sebanyak 31 orang mahasiswi kebidanan stikmar akan berangkat mulai tanggal 4 agustus 2025 sampai dengan tanggal 30 agustus 2025.

Dalam acara ceremonial yang sama, Nur Anita, S.ST.,M.Kes selaku ketua prodi kebidanan juga menyampaikan harapan agar semoga kegiatan praktek perdana yang dilakukan oleh mahasiswa nya berjalan dengan lancer, target mahasiswa sesuai dengan kompetensi dan semua ilmu yang telah mereka pelajari di bangku kuliah bisa mereka terapkan dengan baik.

Hal ini juga menjelaskan dengan tersirat bahwa segala macam bentuk kegiatan yang terjadi dalam kampus Stikes Marendeng Majene tidak mengalami konflik ataupun masalah seperti berita hoax yang beredar diluar sana.