Pemdes Kabubu Terima Kunjungan Balitbangda dalam Penanganan Stunting 4+1


Mamuju Tengah - Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), data menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Kabupaten Mamuju Tengah mengalami kenaikan dari 26,3 persen menjadi 28,1 persen, atau meningkat sebesar 1,8 persen pada tahun 2022.

Tim Tanggap Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Sulawesi Barat melakukan peninjauan tahap pertama di Desa Kabubu, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah. Fokus dari peninjauan ini adalah untuk mengatasi masalah stunting, yang merupakan masalah kekurangan gizi pada anak-anak, di wilayah tersebut. Kegiatan ini dilakukan sebagai respons terhadap Pergub (Peraturan Gubernur) Nomor 296 tanggal 2 Juli 2023 yang membahas penanganan inflasi, anak tidak sekolah, pernikahan di bawah umur, stunting, dan kemiskinan ekstrim.

Dalam kegiatan peninjauan ini, kepala Badan Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Sulawesi Barat, Ir. H. Hamzah, S MMA, beserta timnya didampingi oleh Kepala Desa Kabubu dan kader posyandu serta Penyuluh KB, melakukan dialog langsung dengan keluarga berisiko stunting di Posyandu Simpati Desa Kabubu, Sabtu (12/8/2023).

Langkah-langkah seperti ini adalah upaya konkret untuk mengatasi masalah stunting di daerah tersebut. Dialog langsung dengan masyarakat bisa membantu memahami lebih baik penyebab stunting serta mengidentifikasi solusi yang sesuai dengan kondisi dan kearifan lokal.

Ir. H. Hamzah sangat berharap agar terjadi sinergi antara pemerintah desa dan kader posyandu di Desa Kabubu. Sinergi ini bertujuan untuk selalu melakukan pemantauan terhadap masyarakat yang terindikasi mengalami stunting. Dengan melakukan pemantauan secara aktif, diharapkan dapat meminimalisir kasus stunting yang terjadi di masyarakat Desa Kabubu.

Kegiatan peninjauan langsung oleh tim dalam penimbangan dan pengukuran berat badan di Posyandu menunjukkan komitmen yang kuat untuk memastikan pelaksanaan program berjalan efektif dan sesuai dengan tujuannya.

Selain itu, kunjungan ke rumah Keluarga Berisiko Stunting (KRS) yang tidak hadir pada kegiatan Posyandu sekaligus menyerahkan bantuan kepada 14 keluarga berisiko stunting masing-masing berupa 1 rak telur dan 5 Kg Beras.

“Kerjasama yang erat antara pemerintah desa dan kader posyandu sangat penting dalam upaya mengatasi masalah stunting. Pemerintah desa memiliki peran strategis dalam mengkoordinasikan program-program penanggulangan stunting dan menyediakan dukungan yang diperlukan,” Ujar Kepala Balitbangda Sulbar.

Kepala Desa Kabubu, Muh. Yusuf menyambut baik fakta bahwa desanya menjadi yang pertama dikunjungi oleh tim dari provinsi dalam upaya mengatasi masalah stunting. Ia melihat kunjungan tersebut sebagai bentuk nyata dari kepedulian terhadap situasi stunting yang ada di desanya.

“Kepedulian pemerintah provinsi terhadap desa Kabubu dan masalah stunting yang ada di sana dianggap sebagai upaya yang sangat berarti. Kami juga berharap bahwa kunjungan tersebut akan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk lebih rajin membawa anak-anak mereka ke posyandu,” kata Muh. Yusuf.

Penyuluh Keluarga Berencana Desa Kabubu, Sri Wahyuni menyoroti pentingnya kegiatan seperti kunjungan ini guna mempercepat penurunan angka stunting di desa tersebut. Sri Wahyuni merasa bahwa kegiatan ini memiliki potensi untuk memberikan dampak positif yang signifikan dalam mengurangi kasus stunting di desa binaannya.

“Sebelumnya kami telah melakukan kolborasi dengan pemerintah desa melalui Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) sejak Bulan Februari lalu, Jumlah Keluarga Berisiko Stunting (KRS) mengalami penurunan dari 22 keluarga menjadi 14 keluarga. Ini menunjukkan bahwa melalui pemberian bantuan dan dukungan yang tepat, program tersebut berhasil mengurangi jumlah keluarga dengan risiko stunting,” Ucap Sri Wahyuni.

Pentingnya kolaborasi dalam mengatasi masalah stunting sangat jelas. Hanya dengan kerjasama lintas sektor dan pemangku kepentingan yang beragam, masalah yang kompleks seperti stunting dapat diatasi dengan lebih baik.